Rabu, Juli 17, 2013

Rusip Versus Kolesterol


Hi there flarologers
maaf baru sempat posing lahi setelah sekian lama... buanget he he he..

kalo ngeliat judul posting ini pasti flarologers bingung, Rusip ntu apaan sih???
sebenernya saya juga tadi nya bingung, tapi setelah tahu, malah jadi penasaran he he he
jadi begini ceriteranya, saya ni sedang melakukan penelitian untuk mendapatkan gelar magister biomedik, nah penelitian ini melibatkan makanan khas kepulauan bangka belitung yang di sebut Rusip.  referensi mengenai rusip dunia maya dan nyata, masih sangat sedikit, apa lagi penggunaan nya untuk kesehatan... karena nya saya sangat tertarik untuk meneliti makanan khas endonesa ini... siapa tau bisa di kembangkan jadi makanan sehat macem ya*ult itu yang dari jepang... ngapain ngimpor makanan sehat, kan kita punya rusip. he he he 
Jadi Rusip kui opo?
Rusip adalah salah satu makanan tradisional masyarakat Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu bentuk makanan hasil fermentasi yang dibuat dari ikan teri / ikan bilis segar yang diolah ketika ikan melimpah.

Pengolahan Rusip yang menggunakan prinsip fermentasi melakukan upaya pengawetan berupa penggaraman yang dilanjutkan dengan pemeraman ikan pada suhu ruang. Pemeraman dilakukan selama 7 hari hingga 2 minggu secara anaerob dan setelah 2 minggu, Rusip dianggap telah matang serta dapat dikonsumsi, baik secara langsung tanpa dimasak (Rusip mentah) maupun secara dimasak terlebih dahulu dengan menambahkan bumbu-bumbu tertentu (Rusip masak).

nah udah ngerti kan apa ntu rusip. sekarang apa hubungan nya dengan kolesterol jadi begini ceritranya: 
Rusip memiliki dua bahan yang diketahui memiliki peran dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Bahan yang pertama adalah kalsium yang tinggi asal teri Rusip dan yang kedua adalah bakteri asam laktat hasil fermentasi Rusip. Kedua bahan ini menurunkan kadar kolerterol dengan mekanisme yang berbeda.

Kalsium merupakan salah satu kandungan terbesar dari ikan teri. Pada hubungan dengan hiperkolesterolemi, kalsium pada makanan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Mekanisme yang telah diteliti adalah kalsium pada diet akan berikatan dengan garam empedu yang di keluarkan kantung empdu, sehingga kelarutan garam empedu yang berikatan dengan kalsium tadi menjadi rendah dan dapat keluar bersama feces. Kalsium pada makanan juga menyebabkan up-regulasi(baca: meningkatkan kecepatan kerja) TransferRNA dari CYP7A1 yang merupakan regulator enzim cholesterol 7α hidroksilase dan berperan dalam pembentukan garam empedu dari kolesterol. Upregulasi ini menyebabkan produksi garam empedu meningkat mengimbangi jumlah yang hilang melalui sistem pencernaan. Meningkatnya produksi garam empedu menyebabkan hepar harus memobilisasi kolesterol dari serum dan jaringan untuk memenuhi kebutuhannya. Mobilisasi ini menyebabkan kolesterol total darah menurun, sedangkan High Density Lipoprotein meningkat karena diperlukan untuk mengangkut kolesterol dari jaringan dan Low Desity Lipoprotein menurun karena tidak ada kolesterol yang di disteribusikan dari hepar. Berkurangnya jumlah garam empedu yang dapat berikatan dengan droplets lipid pada saluran cerna, akan menyebabkan lipid yang sudah di cerna tidak dapat di serap dan akhirnya akan terbawa hingga di keluarkan melalui feces.

Bakteri asam laktat memiliki lebih banyak mekanisme dalam membantu menurunkan lemak darah. Bakteri asam laktat menghasilkan enzim Bile Salt Hydrolase yang menyebabkan garam empedu primer mengalami dekonjugasi menjadi garam empedu sekunder yang memiliki kelarutan yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan hanya sedikit garam empedu yang diserap melalui siklus enterohepatik. Selama Masa pertumbuhan Bakteri Asam Laktat memiliki kemampuan mengasimilasi kolesterol kedalam dinding selnya dan mengurangi jumlah kolesterol pada sistem pemcernaan. Asimilasi kolesterol pada dinding bakteri juga menghambat pembentukan micel pada usus, dengan di hambat nya pembentukan micel maka proses penyerapan lemak baik kolesterol maupun trigliserida menjadi terhambat.

inti nya dengan dengan mengkonsumsi rusip, kolesterol di cegah masuk dinding usus dan dikurangi dari tubuh dengan pengeluaran garam empedu. secara teoritis seperti itu, tapi secara kenyataan hal ini belum teruji, karena penelitian saya baru selesai minggu depan, jadi hasil nya belum ada.. he he he

sekali lagi saya sampaikan hal ini adalah secara teoritis

jadi stay connected at  flarologi dan mohon doa nya agar penelitian saya lancar

stay healty, salam hangat.
 Flaros

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa tuliskan NAMA anda dan NO SPAM