penggunaan medis oksigen di
tingkat yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Peralatan yang dibutuhkan
terdiri dari ruang tekanan, yang mungkin konstruksi kaku atau fleksibel, dan
sarana untuk memberikan 100% oksigen. Operasi dilakukan untuk jadwal yang telah
ditetapkan oleh personil terlatih yang memonitor pasien dan dapat menyesuaikan
jadwal seperti yang diperlukan. HBOT ditemukan awal digunakan dalam pengobatan
penyakit dekompresi, tetapi telah menunjukkan efektivitas besar dalam mengobati
kondisi seperti gangren gas dan keracunan karbon monoksida. Penelitian yang
lebih baru telah memeriksa kemungkinan bahwa hal itu juga mungkin memiliki
nilai untuk kondisi lain seperti cerebral palsy dan multiple sclerosis, tetapi
tidak ada bukti yang signifikan telah ditemukan
INDIKASI MEDIS
Ada sejumlah indikasi medis yang dapat dirujuk untuk mendapatkan perawatan
hiperbarik, yaitu:
* Autis
Anak yang mengalami autis dapat menjalani terapi hiperbarik. Tentunya bukan
sebagai terapi utama, melainkan terapi tambahan. Seperti diketahui, anak autis
cenderung memiliki imunitas tubuh yang menurun. Lantaran itu, faktor alergi dan
terkena infeksi cukup tinggi. Nah, terapi hiperbarik dapat mengurangi gangguan
alergi yang dialami. Selain itu, terapi ini dapat membantu mengatasi gangguan
metabolisme otaknya menuju perkembangan yang lebih baik. Memang tetap harus
dilakukan juga terapi-terapi lain dan dengan ditambah terapi hiperbarik
hasilnya akan menjadi lebih baik. Namun perlu diingat, hasil yang didapat anak autis
tentu akan berbeda satu dengan lainnya.
* Cerebral palsy (CP)
Dalam hal ini, terapi hiperbarik juga sebagai pengobatan tambahan.
Kelumpuhan atau kekakuan yang biasanya dialami anak dengan kondisi CP secara
berangsur-angsur dapat dihilangkan melalui terapi hiperbarik. Demikian pula
dengan gangguan kejang, setidaknya dapat diminimalkan. Jadi memang terapi
hiperbarik dapat membantu mempercepat proses pemulihan.
* Cedera atau trauma kepala
Pada kasus anak terkena benturan dan sebagainya, dapat dibantu
penyembuhannya melalui terapi hiperbarik. Membantu menghindari terjadinya
penyumbatan aliran darah di kepala sehingga mengurangi risiko dampak yang lebih
parah.
* Patah tulang
Untuk kondisi patah tulang, terapi hiperbarik membantu mempercepat
pemulihan. Dapat pula merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru.
* Luka bakar
Dengan terapi hiperbarik, luka yang terjadi pun jadi cepat sembuh.
Pertumbuhan jaringan kulit akan mudah terbentuk. Pembuluh darah yang rusak akan
terbentuk kembali. Udara bertekanan tinggi yang dipergunakan pada terapi
hiperbarik, bisa mempercepat regenerasi sel-sel tubuh.
KOMPLIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Sekali lagi, tak semua anak boleh mendapatkan terapi hiperbarik. Terutama
bagi mereka yang kondisi kesehatannya sedang buruk. Perlu disadari bahwa
penggunaan terapi hiperbarik dapat menyebabkan komplikasi dan kontraindikasi.
Dengan kata lain, terapi hiperbarik, seperti halnya pengobatan lain, disamping
memberikan faedah juga mungkin menimbulkan komplikasi dan kontraindikasi.
1. KONTRAINDIKASI
* Kontraindikasi absolut
Yang tak boleh sama sekali menjalani terapi hiperbarik yaitu pasien dengan
kondisi pneumothoraks karena dapat menimbulkan kematian.
* Kontraindikasi relatif
- Demam tinggi
Demam dapat memicu terjadinya keracunan oksigen sehingga menimbulkan
kejang. Maka sebelum menjalani terapi hiperbarik, upayakan menunggu suhu badan
anak turun sampai kondisinya normal.
- Infeksi Saluran Napas Atas (ISNA)
Anak dengan kondisi ISNA dikhawatirkan akan mengalami barotrauma telinga
dan gangguan sinus.
- Fobia ruangan tertutup
Anak yang takut atau fobia terhadap ruangan tertutup bisa saja panik
sehingga proses terapi tak berjalan dengan baik.
- Kejang
Anak yang mengalami gangguan kejang, saat menjalani terapi hiperbarik dapat
saja kambuh.
- Lesi asimtomatik pada paru
Terapi hiperbarik sebaiknya tidak dilakukan jika foto rontgen dada
menunjukkan ada gambaran lesi, yaitu sesuatu/massa yang tumbuh seperti tumor.
- Riwayat pernah bedah toraks/dada dan telinga
Pasien harus menjalani evaluasi menyeluruh sebelum terapi hiperbarik.
-Tumor
Konon, terapi hiperbarik dapat memicu pertumbuhan tumor lebih jauh. Hal ini
masih menjadi perdebatan di kalangan ahli medis.
2. KOMPLIKASI
Berikut ini beberapa komplikasi akibat terapi hiperbarik:
* Barotrauma telinga
Gangguan ini paling sering terjadi. Salah satu penyebab adalah
ketidakseimbangan tekanan antara udara telinga tengah dengan udara luar pada
saat terapi dilakukan.
* Sinusitis
Sinus adalah rongga-rongga fisiologis di sekitar tulang wajah. Sinusitis
banyak terjadi karena ISNA. Jika hal ini terjadi, terapi hiperbarik harus
ditunda. Antibiotik dan nasal decongestan bisa diberikan.
* Miopia dan katarak
Miopia atau rabun jauh merupakan komplikasi yang biasanya terjadi saat awal
pengobatan hiperbarik. Sedangkan katarak merupakan komplikasi akibat pengobatan
jangka panjang.
* Barotrauma Paru
Terapi hiperbarik dapat memicu terjadinya robek paru (lung rupture), emboli
udara, atau pneumotorax. Tanda terjadinya robek paru yaitu nyeri dada dan sesak
napas. Jika hal ini terjadi, hentikan terapi hiperbarik.
Terapi hiperbarik seperti halnya pengobatan lain sama-sama harus diberikan
dengan dosis tertentu, disertai indikasi dan kontraindikasi, serta komplikasi
dan lain-lain. Dengan diketahuinya hal-hal tersebut diharapkan dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan sehingga tak terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
AWALNYA HANYA UNTUK PENYELAM
Semula terapi ini hanya digunakan untuk membantu para penyelam yang
mengalami penyakit dekompresi. Jika menyelam dengan kedalaman 10 meter atau
lebih maka tekanan udara semakin meningkat. Nah, seiring dengan meningkatnya
tekanan udara, nitrogen akan bertambah banyak dan larut dalam pembuluh darah.
Alhasil, penyelam mengalami gangguan yang disebut dekompresi.
Penyakit ini menunjukkan berbagai gejala seperti pegal, tuli, nyeri otot
sendi dan tulang bahkan kelumpuhan. Inti masalahnya adalah karena
gelembung-gelembung udara di dalam pembuluh darah menyumbat aliran darah ke
berbagai aliran tubuh. Melalui terapi ini akhirnya banyak penyelam yang dapat
diselamatkan atau disembuhkan karena larutnya gelembung nitrogen tersebut dan
kadar oksigennya meningkat lagi sehingga pembuluh darah pun kembali lancar.
Nah, seiring perjalanan waktu, terapi ini rupanya berguna juga untuk membantu
mengobati berbagai penyakit.
Radikal bebas
adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron
bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen.
Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga
molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul
lain, membentuk radikal baru. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil
metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran
ultra violet, zat pemicu radikal dalam makanan dan polutan lain. Penyakit yang
disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata. Contoh penyakit yang
sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung,kanker, katarak
dan menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis
karena radikal bebas diperlukan antioksidan.
Tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas ini, hanya saja bila
jumlahnya berlebihan, maka kemampuan untuk menetralisirnya akan semakin
berkurang. Merokok, misalnya, adalah kegiatan yang secara sengaja memasukkan
berbagai jenis zat berbahaya yang dapat meningkatkan jumlah radikal bebas ke
dalam tubuh. Tubuh manusia didesain untuk menerima asupan yang bersifat
alamiah, sehingga bila menerima masukan seperi asap rokok, akan berusaha untuk
mengeluarkan berbagai racun kimiawi ini dari tubuh melalui proses
metabolisme,[rujukan?] tetapi proses metabolisme ini pun sebenarnya
menghasilkan radikal bebas. Pada intinya, kegiatan merokok sama sekali tidak
berguna bagi tubuh, walau pun dapat ditemui perokok yang berusia
panjang.[rujukan?]
Radikal bebas yang mengambil elektron dari sel tubuh manusia dapat
menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga terjadi mutasi.[rujukan?] Bila
perubahan DNA ini terjadi bertahun-tahun, maka dapat menjadi penyakit kanker.
Tubuh manusia, sesungguhnya dapat menghasilkan antioksidan[rujukan?] tetapi
jumlahnya sering sekali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke
dalam tubuh. Atau sering sekali, zat pemicu yang diperlukan oleh tubuh untuk
menghasilkan antioksidan tidak cukup dikonsumsi. Sebagai contoh, tubuh manusia
dapat menghasilkan Glutathione, salah satu antioksidan yang sangat
kuat,[rujukan?] hanya saja, tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 1.000 mg
untuk memicu tubuh menghasilkan glutahione ini.[rujukan?] Keseimbangan antara
antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci utama pencegahan stres oksidatif
dan penyakit-penyakit kronis yang dihasilkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tuliskan NAMA anda dan NO SPAM